Selasa, 06 Desember 2011

TIK untuk Madrasah

Pada hari ahad, tgl 4 Desember 2011 saya mendapatkan kesempatan untuk bisa sharing dengan para Kepala Madrasah di Jawa Timur. Dalam kegiatan tersebut saya menyampaikan tentang manfaat TIK bagi Madrasah.
Pada awal pelatihan saya tanyakan kepada para kepala madrasah tentang apa madrasah itu. Sebagian menjawab bahwa madrasah adalah tempat belajar mengajar. Kemudian saya tanyakan apa inti dari madrasah itu. Sebagian menjawab inti madrasah adalah kegiatan belajar dan mengajar. Saya tanyakan lagi apa yang diajarkan oleh pengajar dan dipelajari oleh pelajar di madrasah. Sebagian menjawab informasi.
Jawaban para peserta sangat benar bahwa inti dari sekolah ataupun madrasah adalah informasi. Berapapun dan bagaimanapun mewahnya sarana dan prasarana baik yang berupa gedung, perlengkapan dan berbagai alat penunjang kenyamanan belajar dan mengajar, semua kalah penting dibandingkan dengan informasi itu sendiri. Oleh karena itu adalah sesuatu yang sangat ironis bila seorang guru, seorang pendidik, bahkan seorang kepala madrasah alergi dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Hal ini karena Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah sarana paling utama yang langsung berkaitan dengan komunikasi informasi. 
Ada beberapa manfaat TIK bagi madrasah yaitu:
1. Sebagai sarana dalam manajemen informasi madrasah.
2. Sebagai sumber belajar.
3. Sebagai media pembelajaran.
4. Sebagai sarana peningkatan profesionalisme guru.
Tentu Teknologi Informasi dan komunikasi bukan satu-satunya sarana yang bisa mendukung pembelajaran. bahkan mungkin dibeberapa daerah teknologi ini masih sulit diakses. Sementara dibeberapa daerah atau instansi teknologi informasi tidakdimanfaatkan secara optimal. Tentu perlu strategi untuk memanfaatkan TIK sehingga tidak berdampak distruktif ataupun kontraproduktif terhadap pendidikan itu sendiri.

Berikut beberapa gambar aktifitas kami:



Memberikan penjelasan di depan para kepala Madrasah



Antusiasme peserta tampak dari bagaimana mereka sangat memperhatikan presentasi




Wisma tempat kami menginap

Senin, 05 Desember 2011

Pelatihan Media Pembelajaran MGMP Bhs Inggris Solo

Pada tanggal 15 November 2011, saya diminta untuk memberikan pelatihan Media Pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan TIK. Awalnya saya merasa cukup bingung harus mengisi apa karena belum tahu tingkat computer literacy bapak/ibu guru. Kebingungan saya semakin menjadi-jadi ketika panitia mengatakan bahwa kemampuan peserta "rata-rata". Sulit untuk mendefinisikan "rata-rata". Tapi saya tetap harus tahu tingkat literasi mereka dan kebutuhan mereka. Maka kemudian sebelum saya memulai pelatihan saya berikan para peserta angket untuk diisi secara online untuk mengetahui kebutuhan mereka dan langsung bisa saya lihat hasilnya saat itu juga. Akhirnya saya buat Need analysis. Alhamdulillah para peserta sangat antusias dengan pelatihan tersebut sehingga saya sangat menikmati pelatihan itu. Saya memberikan cara-cara mendasar dalam menggunakan aplikasi Powerpoint dan trik-trik untuk mempercepat proses pembuatan presentasi, serta membuat presentasi interaktif dengan menggunakan link. Terima kasih bapak/ibu peserta pelatihan yang hebat, semoga suatu saat kita dapat berlatih lagi menggunakan software maupun aplikasi lain untuk meningkatkan Proses Belajar mengajar kita. Bravo!
Memberikan penjelasan tentang TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk ELT (English Language Teaching)



Berdiskusi dengan peserta



Kamis, 10 November 2011

Workshop on Child Right-Based School and Classroom Management

 Sebagai tindak lanjut dari pelatihan yang dilaksanakan di Lund kami melaksanakan proyek manajemen sekolah yang ramah anak. Proyek kita laksanakan di SMP Muhammadiyah I Surakarta. Mengawali proyek kami, kita mengadakan diseminasi dan workshop  tentang implementasi Konvensi hak anak dalam manajemen sekolah dan kelas. Workshop ini diikuti oleh seluruh guru dan karyawan di SMP Muhammadiyah I Surakarta. Untuk memberi dampak yang kuat terhadap proses internalisasi nilai-nilai dari konvensi hak anak tim mengusulkan aktivitas kelas tematik.








Minggu, 04 September 2011

Perjalanan ke Pantai Nampu


Tanggal 4 September, 2011 tepatnya hari ahad . Ibrohim dan Habib merengek, katanya mereka belum jalan-jalan setelah Idul Fitri. Awalnya saya tidak punya rencana untuk bepergian pada hari tersebut karena sudah lima hari (mulai tgl 30 Agustus sampai tgl 3 September) bersilaturrahim ke rumah orang tua dan saudara. Setelah berdiskusi dengan istri, kita putuskan untuk pergi ke pantai. Padahal semua anggota keluarga masih puasa syawal (puasa yang dilaksanakan 6 hari pada bulan syawal sebagai pelengkap puasa ramadhan). Karena sudah disepakati, kitapun memutuskan pantai mana yang paling mudah dicapai. Waktu itu jam 10.00 pagi. Ke teleng Ria? pasti disana ramai sekali karena hari itu pasti ada acara syawalan. Ke Parangtritis? Perjalanannya terlalu menyita waktu karena bertepatan dengan arus balik. Lagipula disana pasti sangat ramai. Meskipun jalan Solo jogja lebar, tetapi pada setiap traffic light mesti terjadi penumpukan kendaraan. Ke pantai utara? terlalu jauh dan pemandangannya kurang bagus. Akhirnya kami putuskan untuk pergi ke pantai nampu. Pantai Nampu terletak di kecamatan Paranggupito, Wonogiri. Dari Solo kita berangkat pada pukul 10.00. Carry silver keluaran tahun 86 ini kupacu kearah selatan. Alhamdulillah kendaraan yang lumayan tua tersebut masih sehat dan bisa digunakan untuk perjalanan jauh. Kami melewati Sukoharjo, Nguter, Selogiri, Pabrik Air Mancur belok kanan menuju kota wonogiri. Sampai di wonogiri jam 11.00. Perjalanan berlanjut melalui Wadhuk gajah Mungkur, Wuryantoro, Eromoko, dan Pracimantoro. Sesampai di perempatan Pracimantoro kami belok ke kiri menuju arah Pacitan/Baturetno. Jam 11.45 kami sampai di giribelah. Di perempatan Giribelah kami belok kanan melalui jalan yang naik turun dan berkelok-kelok menuju ke Paranggupito. Pada jam 12.15 sampailah kami di pantai Nampu.


Bagian pantai sebelah timur yang luas


Saluran yang kering sepanjang perjalanan.

Bermain Pasir di pantai nampu bagian tengah (antara bukit)


Foto bersama sebelum pulang.

Mampir di masjid Al Husain untuk shalat.

Jumat, 19 Agustus 2011

POSITIVE THINKING

Perjalanan ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan SIM PPG sudah kurencanakan dengan seksama. Menurut undangan pelatihan dilaksanakan tanggal 18-19 Agustus 2011. Mengingat kebetulan ada acara lain mengambil visa, maka aku memesan tiket pulang sore jam 15.15 tanggal 19 agustus. Perkiraanku masih ada waktu untuk mengambil visa di sekolah mas Slamet (karena aku titip beliau untuk ambilkan visa). Sekolahnya di Kebon Kacang, tepat depan Thamrin City sementara acaraku di Blok M. Jadi hanya perlu waktu paling 20 menit dengan taxi. Begitu acara selesai, jumat pagi aku langsung cari taksi menuju ke sekolah mas Slamet. Sampai disana langsung disambut oleh mas Slamet dan para guru. Alhamdulillah, setelah ngobrol sana-sini aku tanyakan apa visaku sudah jadi. Eh ternyata mas Slamet lupa kalau aku kemarin minta titip 2 visa, bukan cuma visaku saja tetapi juga visa temanku (pak Joko Riyanto). Waduh...., akhirnya kami berdua cari taxi ke kedutaan Swedia.  Setelah mengambil visa di kedutaan Swedia kemudian mas Slamet mengajak saya untuk nengok budhe (ibu mas Slamet) di Bekasi. Kebetulan, pikirku, bisa sekalian silaturahim. Maka pergilah kami berdua ke bekasi. Sampai di bekasi tepat 11.30, jadinya harus shalat jum'at di Bekasi. Setelah shalat jum'at saya dan mas slamet pamit. Saya berharap waktu tempuh dari bekasi mampir lagi ke tanah abang (karena tas saya tinggal disana) trus ke bandara kira-kira 2 jam sehingga masih ada waktu 15 menit untuk check in. Ternyata jalanan begitu macet, Mulai dari tol bekasi sampai di tanah abang macet total. Maklumlah jum'at siang biasanya warga jakarta akan mulai weekend. Untuk mempersingkat waktu, saya harus mencari ojek untuk sampai ke sekolahan mas Slamet. Begitu tas saya ambil saya langsung mencari taksi di Slipi dengan terlebih dahulu naik ojek melalui jalur tikus. Sesampai di Slipi, lalulintas ternyata sama padatnya. Setelah mendapat taksi saya bilang bahwa saya harus mengejar jadwal penerbangan ke Solo. Taksi yang saya tumpangi sampai di Bandara jam 15.17 sementara Penerbangan ke Solo 15.15. Lemaslah tubuh ketika sampai ke check in counter dan dinyatakan terlambat dan tidak bisa boarding. Tanpa putus asa saya coba cari pesawat lain ke solo ternyata semua sudah full board. Saya cari penerbangan ke Jogja siapa tahu masih bisa, ternyata juga sudah full. Waduh gimana ini.......? akhirnya saya lari ke shelter damri untuk pergi ke gambir. Alhamdulillah sampai di Gambir saya bisa mendapatkan tiket kereta ke Solo. Setelah mendapatkan tiket, sambil menunggu keberangkatan kereta (jam 20.00) saya istirahat di masjid stasiun gambir. Untunglah budhe memberi oleh-oleh pisang yang akhirnya bisa saya gunakan berbuka bersama dengan para jama'ah di masjid stasiun gambir. Ternyata ada Hikmah dibalik keterlambatan saya.

Rabu, 09 Februari 2011

ALi bin Husein bin Ali bin Abi Thalib

Saudaraku dalam Islam, amalan ikhlas seharusnyalah hanya diperuntukkan bagi ridha Allah. sebuah contoh pengajaran kita dapatkan dari Cicit Rasulullah yaitu Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Pada masa kehidupan beliau di kota Madinah, setiap pagi para orang miskin di Madinah selalu mendapati di hadapan pintu rumahnya makanan. Tiada seorangpun diantara warga Madinah yang tahu siapa orang yang meletakkan makanan di depan pintu rumah orang miskin di Madinah. Hal tersebut berlangsung dan menjadi teka-teki yang tidak terjawab diantara warga Madinah.
Sampai suatu ketika Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib meninggal dunia. Ketika orang-orang memandikannya, didapati oleh orang-orang tersebut pada bahu beliau ada terdapat tanda kapalan yang menunjukkan tanda orang yang sering memanggul beban yang berat.
Mulai semenjak meninggalnya Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib tidak ada lagi didapati oleh orang-orang di Madinah makanan di depan pintu rumah warga miskin di setiap esok harinya. Kiranya baru diketahuilah oleh orang-orang bahwa beliaulah yang setiap malam memanggul sendiri makanan untuk diletakkan di depan pintu rumah-rumah warga miskin di Madinah.
Subhanallah, Ini adalah sebuah kisah nyata, bukan cerita yang direka dalam novel ataupun cerpen dengan bumbu bahasa yang berbunga-bunga dan membuat kita sering terpana, padahal itu sekedar imajinasi pengarangnya.